Allah SWT telah memperingatkan kita di dalam Al-Qur'an bahwa seluruh umat Islam, bangsa Indonesia, bahkan seluruh umat beragama lainnya, harus mewaspadai pengaruh kaum Dajal yang akan menjadikan masyarakat dan bangsa Indonesia tercerai-berai agar memudahkan mereka menyebarkan "racun-racun" ideologinya.
Dalam suasana kita sedang mengupayakan pelaksaan program reformasi (ishlah), serta upaya untuk membuat berbagai perbaikan dan menghancurkan segala yang rusak (f'asad) dan yang merusak (ifsad), jangan sampai ada pihak-pihak yang mengatas-namakan reformasi, padahal di lubuk hati mereka sedang mempersiapkan sebuah rencana besar untuk mempersiapkan kehancuran kaum beragama, sebagaimana disinyalir Al-Qur'an:
"Dan bila dikatakan kepada mereka, 'janganlah membuat kerusakan di muka bumi.' Mereka berkata, 'Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.' Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (al-Baqarah:11-12).
Reformasi bukanlah upaya musiman, bukan pula sekadar "mode busana", melainkan merupakan bagian dari misi dan visi setiap pribadi muslim dan bangsa Indonesia. Sebagaimana kita memahami makna upaya jihad untuk mengubah diri dari kegelapan menuju cahaya (minadz dzulumaati ilan-nuur). Sebab itu, reformasi merupakan sebuah upaya yang berkesinambungan, sebuah kontinuitas, dan dia tidak pernah akan berhenti, kendati para pejuangnya telah mati. Manusia boleh mati, lembaga dan partai boleh bubar, tetapi cita-cita dan upaya ishlah atau reformasi tidak pernah mengenal kata berhenti apalagi mati.
Dalam kaitan itu, janganlah terlalu terpaku, seakan-akan bahwa Dajal itu hanya melulu dibuat oleh tangan kaum zionis. Ketahuilah bahwa siapa pun dapat menjadi pengikut dan menjadi anggota masyarakat Dajal, selama dia tidak lagi berpihak kepada kebenaran Al-Qur'an dan Sunnah. Masyarakat Dajal adalah masyarakat yang telah kufur dan selalu berusaha melaksanakan program kafirisasi dalam segala bidang. Pokoknya, siapa pun dapat menjadi masyarakat Dajal, selama mereka melepaskan tali persaudaraan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Selama mereka melepaskan segala ikatan moral dan etika yang telah lahir dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang panjang, sejak benih-benih negara modern ditanamkan oleh gerakan kebangkitan nasional yang pertama yang dipelopori oleh kaum Serikat Dagang Indonesia, H.O.S. Tjokroaminoto pada tahun 1911, lalu dilanjutkan oleh Budi Oetomo pada tahun 1920.
Sebab itu, generasi demi generasi harus selalu menunjukkan sikap keberpihakannya kepada persatuan, persaudaraan di atas landasan cinta. Ke manapun kita pergi, cinta adalah bahasa universal. Dia adalah bahasanya umat beragama, bahasanya suku, dan bangsa-bangsa di muka bumi. Cinta berarti semangat jiwa untuk saling menghargai, saling menolong, dan saling memberikan cahaya. Semangat ini harus menjadi pijakan utama bangsa Indonesia. Terlebih dalam menghadapi abad baru yang penuh dengan keterbukaan, benturan budaya dan ideologi, serta cara berpikir yang semakin global. Dalam cinta itulah, kita semua bergantung, tanpa cinta bangsa Indonesia akan terpuruk dalam kepingan-kepingan derita yang teramat panjang dan menjadi "budak" dari Amerika Serikat sebagai sentralnya gerakan zionis yang memang selalu ingin menunjukkan kedigdayaannya di muka bumi ini.
H. Tantangan Tiada Henti
Dalam waktu yang dekat, ideologi Dajal akan segera merasuki seluruh denyut kehidupan. Dia akan diawali dengan cara berpikir, yang disebut dengan istilah berpikir bebas (free-thinking), melepaskan segala rujukan dan dasar pijakan dari agama. Menurut orang-orang yang berpikir bebas ini, selama masih merujuk kepada agama sebagai dasar argumentasinya, maka belumlah bebas. Merujuk kepada agama berarti masih diperbudak dan masih dalam perangkap tirani pemikiran. "Bebaskan pikiranmu dari segala ikatan, barulah engkau dapat merasakan kebebasan itu sendiri," demikianlah, seakan-akan moto berpikir mereka, yang sekaligus akan menjadi tantangan baru bagi kaum agamawan. Berpikir bebas berarti benar-benar bebas dari segala spekulasi, segala sesuatunya harus bersifat empiris. Bagaimana mungkin kita percaya dengan surga dan neraka, sedangkan tidak ada satu pun peristiwa empiris yang memberitakan kebenarannya.
Lepaskan dirimu dari segala ikatan dogma. Lihatlah kenyataan, berpadulah dalam realitas, bukan dalam khayal dan impian. Kami ingin memberikan satu contoh untuk kalian wahai kaum agamawan. Tanpa merujuk pada satu ayat pun; kita akan merasakan bahwa "kemanusiaan" adalah bahasa yang universal. Ini lebih logis, lebih membumi, dan menyentuh realitas yang sebenarnya. Selama manusia masih merujuk pada agama, maka konflik tidak pernah akan lindap di muka bumi ini. Lihatlah sejarah, berapa banyak sumber konflik, diawali dari keyakinan dogma-dogma agama yang memenjarakan kebebasan berpikir dan tidak manusiawi.
Dunia telah mengglobal, tidak mungkin lagi ada isolasi atau sekat-sekat kehidupan manusia atas dasar agama, bangsa, atau budaya. Di muka bumi ini sudah menjadi hukum alam (sunnatullah) bahwa yang kuat itulah yang akan menang. Aksioma survival for the fittest (siapa yang kuat, dia yang akan bertahan, ed.) akan berlaku sepanjang zaman. Maka lepaskan segala fanatisme, nasionalisme, agama, dan kesukuan. Meleburlah menjadi satu "warga dunia" (planetary citizens), bergabunglah dalam satu pemerintahan global yang perkasa, ikatkan dirimu dalam satu budaya, satu agama, satu cita-cita, dan satu warna peradaban dunia yang baru novus ordo seclorum.
Lihatlah realitas. Berapa banyak manusia kelaparan di belahan bumi selatan: Afrika, Asia, India, Bangladesh, dan negara-negara lain di luar Barat. Mereka tidak berdaya tanpa pertolongan kemanusiaan dari dunia Barat yang sekuler, tanpa embel-embel agama. Negara mana yang dengan fanatisme agamanya, ia mampu mengulurkan tangannya untuk membantu sesamanya, sebagaimana yang diajarkan oleh agama?
Janganlah melarikan diri dari kenyataan. Hukum alam telah membuktikan bahwa budaya yang kuat akan mengungguli budaya yang lemah. Tidak lama lagi, seluruh dunia akan mengikuti budaya kami, budaya zionis. Budaya yang paling unggul dan yang akan meninggikan derajat manusia di muka bumi ini. Inilah realitas yang tidak terbantahkan. Kami mempunyai teknologi, juga pengalaman dari sebuah peradaban yang telah lama berkembang, dan kini sedang berproses mencapai titik yang tidak pernah akan terbayangkan oleh peradaban manusia sebelumnya. Berhentilah bermimpi dengan segala omong kosong. Reguk dan nikmatilah dunia nyata. Negeri kami bisa tegak, sejahtera, dan berkembang bukan karena dogma agama, tetapi karena intelektualitas, hukum yang menjadi primadona kehidupan dan hak azasi, di mana setiap orang dihargai sebagai manusia yang merdeka --inilah cita-cita Dajal beserta zionisnya
Inilah pula cita-cita para zionis dengan perkataannya, "Kami datang untuk melebarkan sayap budaya unggul kami, dan janganlah dicurigai. Kami ingin mengangkat martabat manusia untuk menjadi manusia yang sebenarnya. Manusia yang bebas dan mengetahui hak asasinya sebagai manusia. Kami ingin melepaskan Anda dari segala tirani gereja dan lembaga agama apa pun yang tidak memberikan hak demokrasi serta kebebasan bagi manusia. Itulah sebabnya, demi hak dan martabat manusia, kami membuka pintu bagi kaum lesbian, homo seksual, dan intergender serta lainnya. Mereka semua adalah manusia, dan kita harus memperlakukannya sebagaimana seharusnya manusia merdeka dan bebas."
I. Pekerjaan Besar Untuk Para Ulama, Mubaligh, dan Agamawan
Dunia bertambah global dengan segala implikasinya yang merupakan sebuah realitas. Dan pertanyaan serta tantangan masyarakat Dajal tidak bisa dipandang dengan sebelah mata. Karena ideologi ini sudah dapat kita saksikan beberapa fragmentasinya di panggung kehidupan dunia Barat yang sekuler.
Mereka mengembangkan dan mencoba meningkatkan propagandanya dengan pendekatan total dan multidimensional. Gerakan: kemerdekaan manusia (libertian), orang-orang kiri (leftist), pemikir bebas (freethinkers), sosialisme baru, neo-komunisme, sekularisme matrialistik, termasuk pseudo agama dalam bentuk mistik dan okultisme. Itu semua tidak dapat dihadapi hanya dengan pendekatan hitam-putih maupun halal-haram. Akan tetapi, itu membutuhkan sebuah format intelektual yang membuka wawasan serta mampu menjawab seluruh argumentasi ideologi baru ini melalui kapasitas intelektual logis --yang saat ini menjadi mode di kalangan para kawula muda.
Kaum agamawan tidak cukup hanya dengan menguraikan nilai-nilai normatif dalam menghadapi objek dakwah yang kebetulan telah bersentuhan dengan informasi global. Mereka menguji kita dengan pendekatan komparatif (perbandingan). Mempertanyakan norma-norma yang disajikan dengan deskriptif-empiris. Kita telah menyaksikan betapa gerakan dakwah sangat sedikit, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, apabila dibandingkan dengan propaganda budaya sekuler tersebut. Dakwah bagaikan deret hitung, sementara godaan kenikmatan hedonistik bagaikan deret ukur.
J. Solusi Ataukah Ilusi
Apakah ilusi bisa menjadi solusi, ataukah sebaliknya penawaran sebuah solusi hanyalah ilusi belaka yang akhirnya tidak memberikan apa pun kecuali kembali kepada kebiasaan-kebiasaan dan membiarkan diri "telanjang" di hadapan bidikan "kamera" kaum Dajal.
K. Bidang Ekonomi
Kalau saja saat ini, umat Islam mempunyai pemimpin sebenar-benarnya pemimpin, seperti Rasulullah saw, niscaya ekonomi menurut syariat Islam bisa dikomandokan agar seluruh umat Islam melaksanakannya. Dan niscaya umat Islam akan mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat dan sulit utuk ditembus oleh infiltrasi paham zionis, walau mereka bersekutu dengan kaum Dajal lainnya di muka bumi ini. Setiap pengusaha atau masyarakat mempunyai keterpanggilan untuk hanya menyimpan uang mereka di bank Islam. Melakukan sistern ekonomi dan perbankan dengan sistem yang ditetapkan secara halal menurut konvensi syariat. Tentunya, bank Islam tersebut akan mengalami likuiditas yang tinggi, dana tunai yang sehat, dan pada saatnya mampu mengalirkan kembali dana tabungan tersebut untuk membantu kaum muslimin. Jaringan dunia perbankan Islam akan menyebar ke semua pelosok dan memperkuat fondasi ekonomi umat.
Akan tetapi, jauh dari lubuk hati kita masing-masing, tentunya ada semacam pesimisme, selama umat Islam tidak berada dalam satu komando kepemimpnan umat yang berwibawa. Selama kepemimpinan dan jamaah belum dianggap sebagai persyaratan kehidupan umat Islam, maka imbauan apa pun akan tetap kalah bersaing dengan hingar bingarnya sistem zionis yang secara duniawi sangat memikat manusia. Pantaslah Rasulullah saw menjawab bahwa umat yang banyak, tetapi berkualitas buih. Kita telah kehilangan daya inovasi dan lebih senang menari dengan iringan musik kaum kafir yang tidak pernah mengenal lelah ingin mengadu domba sesama umat Islam.
L. Zakat, Infaq, dan Sedekah
Kalau saja umat Islam mempunyai "imam" yang mampu mengomandokan agar beberapa bagian dari penghasilan umat Islam dikeluarkan untuk dizakatkan, diinfakkan, dan disedekahkan kepada mereka yang memerlukannya (kaum dhuafa) niscaya tidak akan ada lagi proposal yang beredar atau surat-surat edaran yang meminta sumbangan, tidak akan ada lagi para saudara kita yang mengulur-ulurkan tangan diiringi loudspeaker di pinggir jalan untuk biaya pembangunan masjid baru. Karena pengelolaan dana dizakatkan, diinfakkan, dan disedekahkan umat dilakukan dengan profesional dengan satu imamah, tentunya.
Pembangunan masjid dievaluasi oleh satu tim. Apakah diperlukan membangun masjid baru sedangkan di sebelahnya ada masjid yang sepi dari jamaah. Bagaimana rasio populasinya, dari manakah dananya, dan lainnya. Karena kita tidak mempunyai imamah maka umat Islam mencicit seperti anak ayam kehilangan induknya yang bergerak di lapangan terbuka tanpa perlindungan dari mata tajam elang rajawali yang siap menerkamnya. Bagaimana membuat satu fatwa atau gerakan dakwah agar dapat meramaikan masjid. Memakmurkannya dengan shalat berjamaah adalah sama besar pahalanya dengan membangun masjid. Apalah artinya masjid dibangun di setiap RT atau RW, tetapi sepi dari orang-orang yang meramaikannya dengan shalat fardu berjamaah.
M. Membelanjakan Uang
Kita tidak ingin berdebat soal khilafiah bahwa ibadah seseorang tidak akan diterima selama empat puluh hari apabila di dala perutnya ada makanan haram, tetapi kiranya harus direnungkan bagaimana dan kepada siapa kita harus membelanjakan uang ini.
Dengan perekonomian global yang kita hadapi saat ini, berapa banyak perusahaan asing menanamkan modalnya di negara yang mayoritas penduduknya umat Islam. Mereka melakukan kerja sama (joint venture) dengan pembagian keuntungan yang lebih besar profitnya kepada para penanam modal dan pemilik royalti. Misalnya, sistem komposisi sahamnya adalah 80:20, di mana 80 persen untuk pemilik modal mayoritas dan pemilik royalti, dan 20 persennya untuk pemodal dalam negeri. Maka sudah dapat kita ketahui berapa milyar rupiah mengucur ke para pemodal asing tersebut, lalu dibawanya keuntungan tersebut ke negeri asalnya. Uang yang kita belanjakan ternyata membantu pengembangan usaha mereka, karena mayoritas keuntungannya dinikmati di negara asalnya yang notabene merupakan bagian dari jaringan zionis. Dan mereka tidak mendapatkan kewajiban berzakat, sehingga mustahil mereka menyisihkan keuntungan perusahaan dalam bentuk zakat.
N. Keberpihakan Kepada Islam
Bagaimana mungkin ajaran dan syiar Islam akan merebak dan menjadi kuat, sedangkan umat Islam sendiri tidak mempunyai keberpihakan terhadap ajaran Islam secara kaffah (keseluruhan).
Untuk itu, harus ada semacam reformasi besar di kalangan para pemimpin Isram untuk melepaskan segala egonya dan membiarkan dirinya hanya dipandu oleh semangat Islam dalam sebuah gerak langkah yang indah, yaitu persatuan umat (ittihadul ummah).
Semua persoalan dan kehidupan umat dapat kita kembalikan kepada program (manhaj) yang sesuai dengan syariat-Nya, dikarenakan umat dapat dengan jelas dan mudah pula ke mana mereka harus "mengadukan" nasib dirinya. Peran lembaga-lembaga Islam yang ada saat ini seharusnya berada dalam satu payung para pemimpin ahli (ahlul hal walaqdi) yang berhimpun penuh integritas dan kredibilitas untuk menjadi pengawal umat.
Akan tetapi, rasa skeptis seakan menerpa diri kita. Mungkinkah kita mempunyai cukup keberanian untuk menyatakan diri berhimpun dalam satu "dewan imamah"? Duduk di dalam dewan tersebut para ulama, tokoh, dan cendekiawan yang 24 jam memikirkan nasib umat Islam?
Nurani berbisik dari lubuk hati, benarlah apa yang disabdakan Rasulullah saw. bahwa umat Islam yang banyak ini bagaikan semangkok makanan yang diperebutkan kaum Dajal yang kelaparan, karena umat dilanda penyakit wahan (terlalu cinta dengan dunia).
O. Persatuan Umat Beragama versus Ideologi Baru
Nabi Ibrahim a.s. sebagai "bapak tauhid" telah melahirkan tiga agama besar: Yahudi, Nasrani, dan Islam. Semua misinya adalah sama, yaitu mengangkat martabat, kesejahteraan, serta kebahagiaan manusia; mempunyai akar sejarah yang sama serta misi tauhid yang semula begitu indah dan murni. Di satu sisi, kita menyaksikan bahwa zionisme bukan lagi aspirasi dari agama Yahudi, melainkan sudah menjadi ideologi imperialistik, menjadi satu "paham atau ideologi baru", sehingga tidak harus menjadi Yahudi dahulu untuk menjadi seorang zionis.
Negara Cina yang penduduknya dua miliar serta kekuatannya, the overseas Chinese (Huaren), merupakan pula satu potensi, yang harus diwaspadai. Bila mereka bergerak dan dirasuki paham zionis, niscaya jaringan konspirasinya (Triad) akan sama bahayanya. Juga akan sama halnya dengan Jepang yang telah menggurita perekonomiannya, dan semakin berkecambah aliran-aliran mistik serta konspirasi rahasianya (Yakuza), akan menjadi ancaman pula di masa depan bagi para juru dakwah.
Kaum zionis akan menghantam seluruh agama samawi. Menyingkirkan logika iman yang dianggapnya sebagai tirani, racun, dan kebodohan untuk digantikan dengan liberalisme total serta sekuler matrialistik. Dengan demikian, dalam menghadapi kaum kafir zionis yang bercita-cita untuk menghapus agama (abollition of all religion) merupakan tugas para juru dakwah.
Sudah saatnya seluruh agama bersatu-padu menghadap ideologi mereka. Tidak ada alasan lagi untuk melakuan konflik dan silang sengketa yang melelahkan, saling berebut pengaruh dengan menghitung jumlah dan menghalalkan segala cara untuk memperbanyak jamaah. Konflik diantara umat beragama hanya membuat "tertawa dan terbahaknya" kaum zionis. Dan tentunya pula, hal itu melemahkan misi umat beragama itu sendiri.
Perpecahan dan konflik dalam dan antar-agama, hanyalah sebuah kegelapan yang panjang. Itu tidak memberikan dampak apa pun kecuali luka yang semakin menganga dan derita yang semakin membuat nelangsa.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan dan Jawaban
Tantangan Kaum Dajal:
Menghapuskan segala dogma agama yang dianggapnya sebagai tirani yang mengebiri kebebasan manusia. Agama tidak realistis, bertentangan dengan fitrah manusia yang realistis, dan empirik. Dalam sejarah manusia, ternyata agama merupakan sumber konflik.
Jawaban Umat Islam:
Gerakan reformasi (ishlah) dalam metode dan aplikasi dakwah secara total dan menyentuh kehidupan (total dakwah). Melalui pendekatan: pengetahuan kesejarahan, pendekatan rasional, dan penguasaan berbagai ideologi sebagai bahan perbandingan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan Kaum Dajal:
Menguasai seluruh jaringan pranata kehidupan, terutama dominasi di bidang ekonomi dan moneter, ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai jembatan emas menuju cita-cita satu pemerintahan dunia (novus ordo seclorum).
Jawaban Umat Islam:
Pola pendidikan umat yang harus dikembangkan secara faktual. Di samping pendekatan ritual normatif, ditanamkan pula berbagai metode pendidikan yang bersifat aktual aplikatif serta metode belajar partisipatif.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan Kaum Dajal:
Untuk memecah keyakinan dogmatis, dirancang agama palsu (pseudo and quasi religion) dalam bentuk agama alternative, misalnya: jehovah, satanisme, okultisme, unitarian-universalist, dan sebagainya, dengan pendekatan rasional.
Jawaban Umat Islam:
Pola pendidikan tauhid, pemahaman budaya barat (westernologi) sudah harus dikuasai oleh para cendekiawan Islam, sehingga mampu mengkounter tendensi atau mewabahnya aliran mistik, pseudo tasawuf dan sebagainya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan Kaum Dajal:
Untuk mewujudkan cita-cita Dajal menguasai dunia maka seluruh potensi konflik harus dimunculkan ke permukaan. Pertentangan antar-etnik, pertentangan rasial dan konflik agama harus dijadikan pemicu untuk kepentingan konspirasi Dajal. Kebanggaan nasionalisme; patriotisme merupakan penghalang bagi melajunya cita-cita kaum Dajal, sehingga sejak awal sudah harus direncanakan satu gerakan penghancuran nasionalisme melalui konflik SARA, agar dengan mudah Dajal memperbudak mereka dalam kandang kekuasaan dunia yang monolitik.
Jawaban Umat Islam:
Umat Islam hanya akan menang selama bersatu (ittihadul-ummah). Bila umat Islam pecah maka bersiaplah untuk kalah. Sudah merupakan aksioma Ilahiyah bahwa persatuan umat dan jamaah merupakan kunci untuk menjawab tantangan Dajal. Termasuk juga menggalang persaudaraan antar-agama, etnik, dan ras demi menghadapi gerakan kafirisasi yang akan memorak-porandakan persatuan dan kesatuan, dan menghapuskan semangat kebangsaan atau nasionalisme. Sudah saatnya umat beragama bersatu dalam tali cinta dan persudaraan karena kesejarahan kebangsaan yang pluralis-unitarian dan sebaliknya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan Kaum Dajal:
Mengembangkan budaya natural-realistis yang bebas dari nuansa agama, sehingga mampu merasuki alam pikiran masyarakat.
Jawaban Umat Islam:
Melakukan kounter dengan memotivasi para budayawan Islam untuk lebih kreatif dan tetap populis, sehingga seni budaya mampu menjadi sarana dakwah yang mengglobal.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan Kaum Dajal:
Meningkatkan peredaran obat-obatan setan, alkohol, serta berbagai bentuk hiburan modern, misal kafe, klub malam, dan bentuk hiburan lainnya sebagai tempat peredaran obat.
Jawaban Umat Islam:
Menanamkan fanatisme bahwa memasuki kafe, klub malam, serta tempat hiburan malam bernuansa sekuler adalah sama nista dengan mendekati zinah. Dan pada saat yang sama menghidupkan kembali rumah tangga Islami (usrah-Islamiyah).
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan Kaum Dajal:
Membius anak-anak muda dengan berbagai jerat yang sangat profesional, mulai dari budaya seni, artis, selebritis, obat, dan penghancuran mentalitas.
Jawaban Umat Islam:
Menggiatkan minat anak-anak remaja terhadap olahraga, seni budaya, dan seluruh pranata sosial dengan cara saling menunjang satu dengan lainnya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan Kaum Dajal:
Menyebarkan fitnah dan mengadu-domba (friksi) di kalangan tokoh- tokoh agama atau para mujahid Islam yang cerdas dan potensial, sehingga mereka mati sebelum berkembang. Fitnah merupakan senjata kaum Dajal yang ampuh dan membunuh tanpa harus mati.
Jawaban Umat Islam:
Menanamkan fanatisme tentang pentingnya jamaah, ukhuwah dalam bentuk yang nyata. Memberikan bekas yang mendalam bahwa fitnah adalah api menyala dari nafsu Dajal. Dan mereka yang memfitnah, betapapun mengatas-namakan agama, tidak lain adalah pengikut Dajal.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan Kaum Dajal:
Memanfaatkan media massa sebagai "juru bicara ideologi" dan memojokkan atau tidak memberi kesempatan kepada para tokoh potensial untuk berdakwah (menulis) di media massa yang ada, sehingga hubungan emosional para tokoh tersebut tertutup dengan umatnya. Sebarkan fitnah kepada para pemimpin redaksi terhadap tokoh tertentu agar mereka punya alasan untuk mem-black out.
Jawaban Umat Islam:
Melakukan satu rekrutmen organisasi jurnalis Islami, sehingga mereka senantiasa mampu berpihak pada agamanya dari bersifat objektif. Para pemangku lembaga media massa harus mempunyai gairah Islamiyah yang nyata dan transparan. Memberikan kesempatan yang luas kepada tokoh agama untuk memberikan pemikirannya melalui media massa di mana mereka mempunyai akses dan otoritas.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan Kaum Dajal:
Agama merupakan dogma yang menyalahi kebebasan berpikir, tidak sesuai dengan jalan pikiran logis, dan tidak bisa dibuktikan dengan hukum, sebagaimana diyakini oleh kaum pemikir.
Jawaban Umat Islam:
Melakukan gerakan pembaruan dalam materi dan metode dakwah dengan melalui pendekatan argumentatif, mempelajari hukum logika dan mengikuti perkembangan pemikiran zaman, di mana banyak tantangan ideologi baru yang pada hakikatnya cenderung untuk bersifat matrialistik absolut dengan mengandalkan ilmu logika.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan Kaum Dajal:
Mempersiapkan kader-kader muda pendukung ideologi masyarakat Dajal yang berpikir bebas nilai tanpa ikatan dogma agama.
Jawaban Umat Islam:
Menggerakkan seluruh pranata dakwah dan menjadikan masjid sebagai pusat pengkaderan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tantangan Kaum Dajal:
Mencuci otak anak-anak kecil dengan fantasi dan buku-buku sekuler, sehingga jiwanya dikuasai oleh ideologi Dajal.
Jawaban Umat Islam:
Melakukan kounter dengan cara menerbitkan buku-buku Islami yang bersifat kontemporer dan aktual sehingga diminati anak-anak kecil.
Tabel di atas terlihat simplistis, padahal kenyataannya jauh lebih kompleks dari apa yang telah kita urut dalam tabel tersebut Hal ini baru tahap awal analisis penulis.
Sumber: http://riverdeathcinema.blogspot.com/2012/03/menghadapi-perang-global-3.html
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.