Home » » Menghadapi Perang Global (2)

Menghadapi Perang Global (2)

/ Wednesday, September 19, 2012 /
D. Spionase Global
Untuk menghancurkan umat Islam, jaringan spionase semakin menunjukkan keperkasaannya. Perusahaan multinasional bekerja sama dengan CIA (Central Intelligence Agent), agen rahasia Amerika, saling menukar informasi menguntungkan. Tidak jarang para eksekutif di suatu negara merangkap pula sebagai agen CIA. Bahkan, belakangan diketahui pula bahwa perusahaan multinasional mengembangkan jaringan intelijennya sendiri. Hal itu seperti apa yang ditulis Tofffer bahwa kontak antara intelijen rnereka dan intelijen CIA, serta intelijen di negara lain dilakukan secara profesional melalui kontak berkala. Bechtel Corporation perusahaan konstruksi yang bermarkas di San Fransisco mempunyai kontrak bernilai ratusan juta dolar di Timur Tengah. Mereka telah memberi pekerjaan nominal untuk agen CIA. Lalu sebagai imbalannya, Bechtel memperoleh informasi komersial dari CIA.

Bechtel adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang informasi rahasia (Bussiness Environment Risk Information) di Long Beach, California, telah mendapatkan pujian karena memberikan keterangan kepada pelanggannya bahwa Presiden Mesir Anwar Sadat akan dibunuh. Ternyata, informasi tersebut memang benar, terbukti ia terbunuh dalam sebuah parade upacara militer oleh kelompok ekstrem yang disusupi oleh pihak intelijen lainnya. Demikian pula ramalan mereka tentang serbuan Irak ke Iran, juga menjadi kenyataan.


Hal ini membuktikan dengan jelas bahwa tidak ada negara yang bebas dari jaringan spionase yarig dikelola secara profesional oleh pihak CIA dan perusahaan multinasional negara-negara super power, terutama Amerika. Walaupun tidak dipungkiri, para perekrut CIA mendekati dan menggarap beberapa mahasiswa yang cerdas untuk diajaknya bekerja sama sebagai agen CIA dan kelak akan menjadi mitra yang menguntungkan apabila mahasiswa tersebut kembali ke negerinya Peranan kedutaan besar di setiap negara sangat dominan dalam hal jaringan intelijen ini. CIA saling bertukar infomasi dengan Mossad (agen rahasia Israel, ed.) pada saat umat Islam terlalu dominan. Mereka sibuk menyelusup ke dalam tubuh umat Islam sebagai suatu strategi untuk menghancurkan umat Islam.

Sangat disayangkan, negara-negara dengan penduduk mayoritasnya umat Islam tidak mempunyai minat yang besar untuk mempelajari strategi global dunia Barat yang notabenenya merupakan ambisinya kaum zionis. Padahal Jepang telah menyebarkan seluruh kekuatan jaringan informasinya ke seluruh negara Amerika dan Eropa. Ratusan ribu mahasiswa tersebar di negara-negara tersebut, mereka belajar dan menimba ilmu, sekaligus sebagai spionase yang sangat loyal untuk kejayaan negerinya.

Isu-isu politik internasional seringkali merupakan alat propaganda kepentingan para pemimpin Barat Ketika Bill Clinton diperkarakan dan nyaris terkena impeachment tuduhan terhadap skandal seks Bill Clinton dengan Monica Lewinsky, kemudian tidak lama setelah itu, Washington memerintahkan untuk membom Irak sehingga perhatian dunia internasional beralih kepada kasus tersebut Gerakan konspirasi spionase dan cara-cara kaum zionis yang ikut campur tangan ke dalam urat nadi pemerintahan negara negara yang mayoritas penduduknya Islam atau Katolik telah menunjukkan bukti- buktinya yang nyata, walaupun secara faktual sulit dibuktikan karena perannya sebagai gerakan rahasia adalah mustahil terbuka dan mudah diperoleh datanya yang faktual. Gerakan konspirasi internasional zionis merupakan sebuah gerakan yang dapat "dirasakan" walaupun sulit dibongkar sepak terjangnya secara nyata.

Akan tetapi, satu hal yang harus diketahui umat Islam bahwa gerakan tersebut merupakan jaringan kebencian kaum zionis terhadap kaum beragama. Cita-cita yang berbaur dengan balas dendam mereka telah menunjukkan sikapnya yang sangat jelas untuk menguasai hak asasi kaum beragama. Mereka mempersatukan seluruh potensi serta para simpatisannya. Mereka menguasai seluruh kelembagaan internasional, mulai dari lembaga keuangan dan moneter, Perserikatan Bangsa-Bangsa, para komunis, sampai para milyuner yang telah membuktikan kesetiaannya terhadap cita-cita membangun "satu dunia baru" melalui konspirasi yang sangat canggih.

Melvin Sickler mengatakan, "Dalam fase akhir konspirasinya; yaitu membentuk satu pemerintahan dunia merupakan kunci menuju kediktatoran. Dengan menguasai Perserikatan Bangsa-Bangsa, lembaga keuangan dan moneter, para milyuner, komunis, serta ilmuwan. Mereka bersatu untuk membuktikan cita-citanya dalam membangun konglomerasi manusia yang berjaya (satu dunia baru) melalui konspirasi yang canggih."

Betapa nyatanya fakta gerakan kaum zionis Dajal yang sangat berambisi untuk menciptakan satu dunia, satu agama, satu mata uang, satu sistem perekonomian, dan satu kewarganegaraan yang dikontrol dari Telewash (Tel Aviv-London-Washington) melalui jalur Threelateral Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada), Eropa, dan Jepang. Di negara tersebut sengaja ditumbuhkan berbagai aliran kepercayaan yang berbau mistik dan radikal, yang maksudnya untuk menyaingi eksistensi agama-agama samawi: Islam dan Kristen.

Berbagai fakta untuk mewujudkan cita-cita dunia baru (novus ordo seclorum) sebagaimana dicita-citakan Adam Weishaupt, "Saat ini sudah matang buahnya dan hanya tinggal beberapa saat lagi untuk memetik-nya." Dunia global sebagai kenyataan yang ada dan sebagai akibat kemajuan teknologi, sekaligus dijadikan jembatan emas untuk mewujudkan cita-citanya tersebut. Mereka kuasai media massa sampai ke pusatnya. Para pemimpin media massa internasional adalah bagian dari sindikasi konspirasinya yang dijaring sedemikan rupa, sehingga tidak mereka sadari bahwa dirinya telah menjadi "budak" yang secara total dimanfaatkan dan menjadi bagian dari konspirasi tersebut.

Perang konvensional telah berlalu. Perang atom dan nuklir telah memasuki tahapan penghancuran. Saat ini adalah tahapan "perang ideologi" dan tidak ada satu pun ideologi yang boleh unggul di hadapan ideologi zionis. Mereka menganggap bahwa agama sebagai dogma yang meracuni hak azasi manusia karena sifatnya yang mendominasi dan memperbudak kebebasan azasi. 2

Spionase atau konspirasi global telah berlangsung sejak lama. Tidak terlewat pula targetnya yaitu negara-negara berkembang. Negara-negara berkembang diibaratkan seakan-akan bagaikan segerombolan kambing yang siap untuk diterkam oleh singa dan macan yang berbaur tanpa mereka ketahui keberadaannya, karena para singa dan macan itu tidak segan-segan berpura-pura sebagai kambing. Kira-kira seperti itulah ibaratnya, begitu pula dengan "konspirasi licik" yang dilakukan antara CIA dan Mossad Israel yang begitu sangat kompak. CIA berkolaborasi dengan Mossad, karena CIA memanfaatkan pengalaman anggota Mossad yang berpengalaman dalam mengadu domba umat Islam dan membuat berbagai rencana konspirasi untuk menghancurkan agama, memecah persatuan, dan menjadikan satu negara menjadi "kobaran api".

E. Imperialisme Informasi (The Global of Videocracy) 
Dunia semakin sempit. Dataran bumi merupakan lahan yang paling empuk untuk dipotret dan ditelanjangi oleh kemajuan pengetahuan. Jaringan pusat satelit didirikan oleh Amerika dengan memakai nama Pusat Penelitian Cuaca. Jutaan informasi dari seluruh negara diolah dan dianalisis untuk kepentingan perusahaan dan ambisi para zionis untuk mewujudkan cita-citanya menguasai seluruh bangsa. Media televisi menjadi "tuhan baru" bagi jutaan manusia di muka bumi, menjadi "penguasa media" (videocracy) yang menghipnotis jutaan pemirsanya. Slogan mereka adalah "tiada hari kecuali mata yang melekat pada kaca TV", bagaikan terkena santet. Jutaan anak-anak sangat hafal dengan program acara yang menayangkan film fiksi. Jutaan ibu rumah tangga menghabiskan waktunya menonton telenovela, sebuah acara opera sabun yang beritme emosional. Televisi bukanlah sekadar lahan usaha yang menggiurkan, melainkan bahan informasi yang bisa juga menyesatkan, tentunya bergantung kepada kepentingan pemegang sahamnya.

Triliuner media, seperti Rupert Murdoch, W. Randolph Hearst salah satu pengikut zionis, telah menjadi sosok yang sangat berpengaruh dalam dunia politik, bahkan menentukan nasib suatu pemerintahan karena lobi mereka. Pengaruh "mata" zionis yang hebat ini telah mengubah perilaku budaya, selera, bahkan keyakinan manusia. Acara-acara yang ditayangkan televisi pun mampu membuat penontonnya begitu terpengaruh secara emosional hingga menangis dan gemas. Hal itu berhasil karena kepiawaian perancangnya dalam mengelola program-program acaranya sehingga menyebabkan jutaan umat Islam terpana dan larut dengan impian yang ditawarkan para copywriter (penulis skenario) periklanan. Kekuatan psikologis televisi dalam "meneror" para pemirsanya melalui: ilusi, kesan (impression), dan pembentukan citra (image) telah berhasil menempatan Amerika sebagai super videocracy. Setiap inci filmnya ditata dengan menyisipkan ketiga karakter psikologi tersebut.

Jutaan mata sembab karena menangis melihat suasana dramatis tenggelamnya kapal Titanic yang dilatarbelakangi nyanyian Celine Dion. Suguhan film fiksi, seperti Jurassic Park dan Armageddon membuat para penonton seperti larut dalam setiap episodenya. Dan jutaan manusia dibuai seakan menjadi Rambo ketika film ini menunjukkan keperkasaan Sylvester Stallone sebagai seorang macho hero yang membebaskan tawanan Amerika dari para Vietkong hanya dengan seorang diri --publik lupa bahwa Amerika kalah perang di Vietnam.

Amerika berhasil memanfaatkan.media informasi untuk tetap membangun citranya sebagai negara super power yang sangat peduli sebagai pembela hak asasi manusia, sehingga setiap pembunuhan berdarah di Irak, Sudan, atau negara lainnya, mereka tetap tidak dipersalahkan. Hal itu tentulah karena mereka telah berhasil membentuk image kuat melalui informasi dan film khurafat (dongeng) yang begitu membekas dalam pandangan publik. Televisi merupakan cara paling ampuh untuk membuka koridor penjajahan baru kaum zionis di muka bumi, bahkan ada semacam "penuhanan" terhadap televisi.

Oleh karena kelangsungan hidup stasiun televisi sangat ditentukan oleh pemasukan iklannya, sedangkan perusahaan-perusahaan menghadapi masalah likuiditas dan dana tunai sehingga mereka "megap-megap" --baik untuk memasang iklan maupun ikut investasi-- bukan tidak mungkin saham suatu stasiun televisi akan dibeli perusahaan asing tentunya dengan lobi dan tekanan kepada pemerintah. Inilah "mata pedang" para prajurit tuhan tersebut. Mereka menguasai media massa, khususnya jaringan stasiun televisi, karena dengan itu mereka lebih mudah mengontrol program-program penayangan yang berbau dakwah, sekaligus memudahkan pembentukan opini untuk keuntungan mereka.

Kisah sukses penginjilan telah dirintis oleh penginjil ulung, Jimmy Swaggart, yang menjadikan televisi sebagai senjatanya yang ampuh untuk mempengaruhi jamaahnya. Khutbahnya yang berenergi muncul pada saat fajar menyingsing dan ditutup menjelang tidur stasiun televisi dibuat secara khusus. Rumah produksi (production house) mereka buat dengan peralatan dan dekorasi yang canggih, mengemas dan memproduksi jutaan video kaset untuk para jamaahnya sendiri dan diekspor sebagai bahan kajian para kader-kader para penginjil di seluruh pelosok negara.

Jaringan televisi yang dikuasai Yahudi (CNN, CNBC, ABC, MTI dan sebagainya) merupakan "tangan gurita" mereka, yang menjajah dan sekaligus menguasai konsumsi informasi secara sepihak. Umat Islam dan negara berkembang semakin terpuruk dalam komoditas informasi. Imperialisme informasi, inilah dua kata yang paling tepat untuk menunjukkan dominasi negara Barat. Abad ini adalah millennium of television yang mampu "mencengkeram" syaraf-syaraf pemirsanya dan sekaligus mengubah budayanya.

Televisi bukan sekadar kotak hiburan, tetapi ia membawa pesan-pesan tersembunyi, sehingga tanpa kita sadari telah mengubah budaya suatu bangsa. Kita sering dikejutkan oleh perilaku anak muda yang populer dengan sebutan "generasi MTV". Sayangnya, umat Islam yang mayoritas di dunia, jangankan mempunyai jaringan televisi bersifat internasional (seperti CNN) sedangkan jaringan lokal saja tidak mampu memilikinya. Padahal, dengan memiliki jaringan televisi yang berorientasi kepada umat niscaya umat dapat mengetahui dan menangkis trik-trik kelicikan para zionis yang sudah "menjamuri" dunia media elektronik, sebagaimana mereka mempunyai agen-agennya, yaitu kaum orientalis.

Alvin Toffler mengulas, "Dewasa ini, keberhasilan gereja di dunia bukan hanya pengaruh moral dan sumber daya ekonominya, tetapi karena ia tetap berfungsi sebagai medium massa. Kemampuannya menjangkau jutaan umat setiap hari Minggu pagi memainkan pula peran dengan memanfaatkan surat kabar, majalah, dan media lainnya."

Kekuasaan media menjadi fenomena baru dalam perang urat syaraf dan propaganda. Ketika Adolf Hitler sang pemimpin besar Nazi meminta Jenderal Gobel selaku Menteri Propaganda Jerman untuk memenang kan perang, Gobel menyambutnya seakan-akan dia berkata, "Sebarkan kebohongan dan terus ulangi dan ulangi, karena kebohongan-kebohongan tersebut akan menjadi kebenaran yang diyakini." Hal ini memberikan kesan kepada kita akan kekuatan propaganda, terlebih bila dilancarkan melalui media massa. Tidak pernah kita bayangkan bahwa kekuatan media melalui selulosa video telah menjadi satu kekuatan besar yang membentuk citra, sikap, bahkan mengubah suatu kebiasaan, budaya dan ideologi suatu negara melalui penguasa media (videocracy).

Kemakmuran yang dinikmati segelintir kelompok, terutama kaum Cina yang menjadi penyandang dana kaum Nasrani, menyebabkan pula terjadinya keresahan sosial di kalangan umat Islam. Agresivitas pengkafiran semakin menampakkan keberaniannya. Kelompok minoritas yang fundamentalis berhadapan dengan mayoritas yang idealis, menyebabkan tumbuhnya berbagai kekesalan yang terpendam di kalangan umat Islam. Di satu pihak, upaya toleransi agama hanya beredar dan dapat dipahami hanya di kalangan elite dan kurang sekali diupayakan program sosialisasinya. Padahal, sekiranya sejak dini, hal itu direalisasikan dalam bentuk toleransi, persaudaraan, dan kebanggaan sebagai satu bangsa dengan menghapuskan berbagai phobia agama dan persepsi yang salah tentang kesukuan maupun ras, niscaya jembatan untuk menuju kepada saling pengertian dan kerja sama sebagai satu bangsa akan segera terlahirkan.

Akan tetapi, sangat disayangkan hal tersebut tidak pernah menyentuh sampai ke dasarnya secara substantif. Bahkan, sebaliknya umat Islam belum menemukan format yang mampu mewujudkan kohesivitas pemikiran yang praktis dan dinamis untuk menjawab tantangan global ini. Dalam beberapa hal, umat Islam masih tertinggal jauh dari agamawan lainnya yang bergerak dengan sangat profesional yang didukung oleh dana, hubungan internasional, serta sumber daya manusia yang kuat. Pola dakwah Islamiyah masih "jalan di tempat". Dakwah baru menyentuh kepada simbol-simbol yang dangkal (superficial), masih berkutat pada tahapan mata hati (bashiran), belum menyentuh mata hati yang menyinari (pelaksanaannya; sirajam-muniran). Dakwah dengan lisan masih lebih dominan daripada dakwah dengan perbuatan. Hal ini menyebabkan umat Islam kehilangan daerah yang strategis untuk melancarkan dakwahnya secara simultan, terintegrasi, dan dikoordinasikan dalam satu manajemen yang profesional.

Buku Fakta dan Data yang diterbitkan Media Dakwah pada halaman 57 menyebutkan, "Lapangan media informasi harus dikontrol paling tidak 75 persen oleh orang Kristen, karena informasi merupakan persenjataan yang paling tajam untuk mengontrol umat Islam."

Sementara, Umar Husein menulis tentang efektivitas imbauan Paus John Paul II, "Paus mengimbau kepada umat Katolik agar menyebarkan ajaran Kristen (Pope calls on Catholics to spread Christianity)." Dan hasilnya imbauan Paus langsung diikuti oleh para jamaah dengan penuh antusias, dengan hasil dua kali lipaf persentase perkembangan laju penduduk Indonesia sendiri, terbukti perkembangan Kristen Katolik pun sangat pesat di Kalimantan (Kalimantan Barat 9,5 persen; Kalimantan Timur 18,5 persen; dan Kalimantan Tengah 16,5 persen). Sedangkan persentase umat Islam sendiri mengalami penurunan: tahun 1980 (87 persen), tahun 1985 (86,9 persen). Bisa disimpulkan bahwa Indonesia adalah salah satu daerah tujuan peuyebaran Injil. Demikian yang ditulis Husein Umar (Fakta dan Data: hlm. 24).

Fakta ini memberikan informasi serta hikmah bahwa dalam dunia demokrasi global, umat Islam harus mampu bersaing memenangkan citra. Oleh karena kebenaran yang hanya disimpan di dalam hati akan terkikis (lindap) digantikan oleh keyakinan yang setiap hari ditayangkan dengan penuh kesan. Perang global bukanlah perang konvensional yang mengepulkan mesiu dan deru suara bedil. Akan tetapi, sebuah kreativitas otak dan seni untuk memenangkan sebuah ambisi. Maka terkenanglah kita akan ucapan Umar bin Khaththab ra.:

"Kebatilan yang terorganisasi dengan rapi akan mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisasi."

Ini merupakan aksioma universal yang harus dijadikan patokan hidup umat Islam. Kita tidak mungkin hanya bersifat apologetika (membela diri dengan melihat ke masa lalu, ed.) seraya melihat ke belakang mengenang kejayaan Andalusia. Di hadapan kita terpampang suatu "tantangan global" yang harus dihadapi dengan menyatukan pikiran, dana, dan gairah untuk menjadi pemenangnya.

Kita pun tidak perlu bermalas-malasan, seraya memimpikan datangnya Imam Mahdi, Ratu Adil, atau Mesiah yang dengan baik budi mau mengulurkan tangan menolong penderitaan umat. Kita harus menjawab, "Tidak!" Karena Allah tidak akan mengubah suatu bangsa (kaum) kecuali bangsa (kaum) itu sendiri yang mengubah nasibnya.

Menyadari gerakan zionis yang menyelusup ke seluruh tubuh kehidupan termasuk kehidupan beragama --baik itu Islam, Kristen, Budha, atau Hindu-- kiranya sudah saatnya semua pihak tanpa melihat perbedaan agama harus saling bergandengan tangan untuk membentengi negara tercinta yang merupakan amanat Ilahi dari gangguan ambisi kaum zionis. Semangat cinta Tanah Air merupakan salah satu kunci yang tangguh dalam menghadapi perang global ini. Setiap agama pasti menghargai makna Tanah Air sebagai amanat Ilahi.

Pertentangan agama serta berbagai kecemburuan yang dijadikan pemicu konflik harus kita akhiri, karena pada akhirnya hanya kaum zionislah yang akan memetik keuntungannya.

Seluruh umat beragama harus membaur dalam citra persatuan kebangsaan, karena itulah kita semua berdiri menjadi pandu yang membentengi setiap jengkal harta dan martabat kita bersama. Sudah saatnya, kita melupakan luka sejarah yang penuh dengan pertentangan dan membuka ruang persamaan serta memperkecil nilai-nilai yang berbeda.

Tidak ada pilihan bagi umat Islam di Indonesia kecuali membuka sekat perbedaan, mengulurkan tangan, dan saling bergandengan tangan bahwa musuh kita bukanlah bangsa kita sendiri, tetapi sebuah kekuatan "raksasa" zionis yang harus dihadapi melalui persatuan dan kesatuan umat. Pertentangan sekecil apa pun tidak pernah akan memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia, khususnya umat Islam kecuali tepukan kebahagiaan bagi kaum zionis yang tidak rela bila ada satu negara yang tidak mau mereka jadikan bonekanya.

Jauhkanlah segala bentuk perbedaan yang tidak prinsipil yang hanya menuju kepada pertikaian. Hamparkanlah jembatan kebangsaan yang mengantarkan kita ke jembatan emas masyarakat baru Indonesia. Menjadikan cinta dan kasih sayang diantara sesama bangsa Indonesia sebagai tema sentral tatanan pergaulan seraya memperkecil segala bentuk perbedaan. Bukan justru sebaliknya, bangsa Indonesia kehilangan cinta dan kasih sayang dikarenakan kita disibukkan dengan mempertajam perbedaan abadi yang secara fitri melekat pada diri setiap manusia.

Umat Islam harus tidak mengenal kata menyerah dalam menghidupkan prinsip-prinsip kehidupan dalam sistem jamaah. Meramaikan masjid-masjid sebagai pusat tali ukhuwah dan membuka diri terhadap paham yang berbeda selama dalam kerangka cinta kasih dan saling menghargai. Hal ini tidak hanya dapat dituangkan dalam upacara pidato belaka, tetapi harus dijadikan sebagai bagian dari sistem pendidikan bangsa, sejak mereka mengenal bangku sekolah. Buanglah jauh-jauh segala bentuk Islam phobia, Kristus phobia, Sino phobia, dan segala bentuk phobia yang bisa menghambat persatuan kita sebagai satu bangsa yang telah memiliki tradisi nenek moyang yang luhur. Kuncinya tidak lain bersatu, sekali lagi bersatu.

Hidup yang rukun, berdampingan dan saling menghargai, sebagaimana telah ditunjukkan oleh kebesaran jiwa Islam pada periode Madinah dan Mekah, maupun pada saat puncak kejayaan pemerintah Islam di Andalusia, yang oleh Max Dimont dikatakan, "Dampak dari 500 tahun di bawah kebijakan kaum muslimin, maka Spanyol yang saat itu terdiri dari tiga agama: Islam, Kristen, dan Yahudi yang hidup dalam satu wilayah, mereka saling bertoleransi dan penuh pengertian dalam bermasyarakat...."

(Under the subsequent 500 year rule of the Moslems emerged the Spain of three religion and one bedrooms: Mohammedans, Christians, and Jews shared the same brilliant civilization....)

Inti ajaran Islam adalah tauhid dan membawa kedamaian bagi alam semesta (rahmatan lil-alamin). Hal itu hanya dapat kembali ke panggung sejarah selama umat Islam bersatu dan menjadi payung kehidupan. Sebagaimana masyarakat madani yang kita cita-citakan hanya dapat terwujud bila kita semua mengarah kepada persatuan umat (ittihadulummah). Kemenangan Islam yang mengalahkan kaum Pagan musyrikin telah membuktikan satu tradisi bahwa di tangan daulat Islamiyah, masya rakat lain yang beragama non-Islam, dapat hidup tenteram berdampingan.

Kalau saja para pemimpin mempunyai keberpihakan yang kuat kepada Allah dan Rasulnya, kalau saja mereka ingin membangun sebuah "samudra besar" yang disebut dengan persatuan umat. Kalau saja di hati para pemimpin ada semangat kenegarawanan yang sejati, bukan sekadar ahli orasi dan politisi, niscaya mereka mau melepaskan baju 'ashabiyah-nya (kebanggaan terhadap kelompok) seraya berkata:

"Demi menegakkan Sunnah Nabi dan kekuatan jamaah yang bagaikan barisan yang. Kuat, demi Allah, saya tidak inginkan jabatan ini, asalkan kita dan para pengikut masing-masing meleburkan diri dalam satu kata yang paling dirindukan, yaitu 'persatuan umat' (ittihadul-ummah). Kalau Anda mau memegang amanat umat yang satu, silakan pimpin dan bawalah umat ini menuju ke puncak-puncak kejayaan Islam, saya akan mendampingi Anda dalam suka dan duka untuk memenangkan cita-cita izzul Islam wal-muslimin (menjunjung Islam dan kaum muslimin)."

Akan tetapi, dari dalam lubuk hati yang paling dalam, nurani pun menjerit, adakah pemimpin yang seperti itu?

Lantas masih adakah para pemuda yang mempunyai tekad kuat (muru'ah) untuk mengkampanyekan pentingnya persatuan dan kesatuan umat? Masih adakah pemuda yang berkata, "Demi persatuan umat dan menghilangkan kebingungan karena banyaknya partai dan golongan yang mengatasnamakan Islam, maka dengan mohon maaf sebesar-besarnya kepada Anda sebagai pemimpin kiranya sudi dengan ikhlas maupun terpaksa untuk ikut dengan kami ke satu tempat, di sana telah berkumpul para pemimpin Islam yang lainnya. Ini bukan menculik, seperti kasus Chairul Saleh dan rekan-rekannya yang membawa Soekarno ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan Indonesia. Akan tetapi, sebuah harapan yang kami wujudkan dalam bentuk tindakan, bukan kata-kata, karena kata persatuan umat sudah terlalu lama kami dengar tanpa melahirkan apa pun kecuali retorika belaka. Mohon maaf, ikutlah dengan kami ke satu tempat untuk memproklamasikan partai yang mampu menyatukan seluruh potensi umat dalam satu wadah satu harakah satu cita-cita ittihadul ummah."

Akan tetapi, nurani bagaikan tercabik koyak. Pemikiran seperti ini hanyalah sebuah khayalan. Bahkan, bisa menjadi cemooh belaka. Dan segudang tudingan pun pasti menuju kepada orang-orang utopis itu. Ini berarti tidak demokratis, biarkanlah semua orang mempunyai haknya masing-masing. Hargailah orang yang berbeda pendapat, berbeda kelompok --yang segudang hadits dan ayat pun mereka bacakan. Anda jangan memaksakan kehendak karena ingin mewujudkan persatuan umat dengan cara paksa dan itu adalah fasis (berpemikiran otoriter/memaksa, ed.).

F. Hancurnya Persatuan 
Persatuan umat Islam dalam bentuk ittihadul-ummah atau kuatnya persatuan dan kesatuan suatu bangsa adalah musuh utama kaum zionis.

Mereka tidak pernah membiarkan umat atau suatu bangsa bersatu, kecuali itu hanya sebagai bahan perimbangan kekuatan semata-mata. Beberapa bangsa dibiarkannya untuk stabil dan bersatu sepanjang dapat mereka kontrol demi kepentingan mereka. Karena dalam gerakan konspirasinya, kaum zionis menganggap pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan konflik, mampu membuat musuh, tetapi semuanya itu harus dalam kerangka besar perencanaannya sehingga tetap terkontrol.

Memang benar bahwasanya umat Islam bukanlah pemalas. Mereka sama-sama bekerja, tetapi sayangnya tidak pernah mau bekerja sama. Satu sama lain asyik dengan kepentingan atau urusannya sendiri. Menutup sekat dari nilai esensial persatuan dan persaudaraan yang hanya sebatas pemanis retorika belaka. Jiwanya rapuh diterpa kecintaan yang sangat mendalam terhadap dunia, terperangkap dalam jaringan yang telah dipersiapkan kaum Dajal. Hal ini telah ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya:

"Akan datang suatu saat, kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain yang bagaikan orang-orang yang kelaparan memperebutkan makanan dalam mangkok. Para sahabat bertanya, 'Apakah karena jumlah kami waktu itu sedikit?' Beliau menjawab, 'Tidak, bahkan jumlah kalian banyak sekali, tetapi bagaikan buih dan kalian ditimpa penyakit wahan.' Mereka bertanya, 'Apa yang dimaksud penyakit wahan, ya Rasulullah?' Beliau menjawab, 'Kalian sangat cinta kepada dunia dan takut mati'…" (HR Abu Daud).

Dengan hadits tersebut, seharusnya kita merasa digugah bahwa gerakan kaum Dajal itu sudah memperhitungkan pula kualitas umat Islam yang saat ini mulai kehilangan nilai, bobot kualitas, dan hidup hanya bagaikan gunungan buih, sehingga dengan sangat mudahnya Dajal dan para pengikutnya merambah dan merombak seluruh sistem kehidupan umat Islam seperti yang disebutkan dalam surat al-Baqarah:120. Sehingga, berbagai cara harus dilakukan agar umat Islam tidak sempat menjadi kuat dan menepuk dada sebagai satu bentuk negara yang baik. Pokoknya, tidak ada satu "lubang" pun yang luput dari pengawasan mereka. Dia pelihara benih-benih konflik agar pada waktu yang tepat dapat menjadi bahan akseleratif kekacauan yang menjadi sarana baginya, yaitu agar orang-orang yang dalam keadaan kacau (chaos) dan frustrasi itu datang menyembah kepadanya.

Cita-cita Dajal membangun satu dunia baru yang global, yaitu: satu pemerintahan, satu agama; satu kewarganegaraan, dan satu sistem perekonomian merupakan falsafah baru bagi para pengikutnya, kaum zionis. Mereka akan menghapuskan segala bentuk kebangsaan dan nasionalisme serta agama-agama yang ada. Dengan terang-terangan, mereka membuat gerakan unitarian-universalist dan menentang dengan sengit kekuatan gereja Katolik.

Mereka menyebut dirinya sebagai anti-Kristus. Salah satu target mereka adalah menghancurkan kekuatan Kepausan yang menguasai dunia melalui gereja Katoliknya. Sejarah masa lalu serta terusirnya kaum Yahudi dan terbunuhnya Jaques de Molay merupakan satu cita-cita untuk membalas dendam. Maka dicarilah berbagai justifikasi (pengesahan hukum sepihak) diantaranya dengan membuat tafsir-tafsir Bible yang disesuaikan dengan kepentingan gerakan konspirasi mereka.

Dengan sangat cantiknya mereka menafsirkan peristiwa Menara Babil, di mana pada saat itu seluruh manusia berbahasa satu, berkebangsaan satu, dan mempunyai tujuan yang satu. Sebab itu adalah cita-cita yang sangat suci bila mereka mengembalikan kedudukan Menara Babil tersebut, agar manusia mencapai kesejahteraan yang sebenarnya. Mereka sangat anti terhadap agama yang dianggapnya sebagai racun. Karena dengan dogma-dogmanya, ia telah membius manusia sehingga terpenjara dan tidak mempunyai kebebasan berpikir kecuali harus sesuai dengan agama mereka.

Generasi muda merupakan sasaran utama mereka, karena sifat para pemuda yang sangat senang dengan pemikiran-pemikiran baru atau menunjukkan sikap yang berbeda dan anti-status quo. Di samping itu, pemikiran bebas (free-thinking) akan menjadikan satu mode pemberontakan terselubung untuk menghadapi sistem pemikiran yang diperkenalkan agama sebagai status quo dan membunuh kreativitas. Dajal dan para pengikutnya seakan-akan berteriak:

"Bebaskan dirimu dari segala 'penjara kuno' ini. Jadilah kaum pembaru. Lihatlah dunia semakin global. Janganlah terpuruk dalam tempat yang sempit. Lihatlah dunia, mengembaralah engkau sebagai manusia bebas. Jadilah seorang pembela demokrasi sejati, melepaskan segala belenggu dari tirani dogma agama. Berpalinglah kepada setan karena dia adalah 'bapak demokrasi' yang berani memprotes status quo dan mengambil risiko terusir dari surga sebagai 'malaikat diturunkan' (the fallen angels). Lihatlah kenyataannya, agama tidak lain hanyalah racun dan sumber konflik belaka."

Racun pemikirannya yang didasarkan pada rasionalisme, mengarahkan "mata pedangnya" kepada seluruh bangsa. Tentu saja, dalam situasi yang stabil dan tenang, gerakan mereka menghadapi kesulitan karena berperannya seluruh institusi untuk mengembangkan agama (dakwah). Oleh karenanya, hanya dengan membangun perpecahan diantara umat beragama maka dengan meminjam istilah Prof J.S. Malan yaitu, "Cita-cita 'era reformasi pembaruan' hanya dapat diwujudkan bila dogma-dogma agama konservatif sudah dapat dilumpuhkan."

Dalam beberapa dekade ini, kita menyaksikan satu panggung kehancuran suatu bangsa yang terkoyak dan berkeping-keping menjadi negara-negara kecil sehingga memudahkan kaum zionis melakukan kontrol. Negara Uni Soviet dan Rusia yang selama ini menjadi pesaing keras harus dijadikan contoh utama kemenangan zionis. Selanjutnya, mereka hancurkan pula Yugoslavia dengan memelihara kaum fanatik Serbia untuk menjadi ujung tombak atau budak zionis menghancurkan etnik muslim di Bosnia dan Kosovo Albania. Mata pedang selanjutnya di arahkan pula ke timur jauh, yaitu Indonesia. Isu suku, agama, dan antar golongan (SARA) harus dipelihara agar sewaktu-waktu menjadi bom yang memporak-porandakan negara kesatuan Republik Indonesia yang notabene penduduknya mayoritas umat Islam. Dalam rencana konspirasi mereka, tentu saja tidak akan lama lagi terjadi huru-hara pertentangan atau konffik agama, antara Islam dan Kristen, khususnya Kristen Protestan --rumor beredar bahwa beberapa pulau di Indonesia yang penduduknya mayoritas Kristen Protestan bisa jadi target zionis-- karena diperkirakannya Katolik sudah cukup mendapatkan lahan di TimorTimur. Hal ini sangat penting bagi terwujudnya cita-cita zionisme, yaitu memecah satu bangsa menjadi satu negara kecil, lalu mereka meniupkan kebebasan, kemandirian, dan sebagainya sebagai kamuflase. Bahkan, bisa jadi Indonesia akan diarahkan menjadi negara-negara kecil dalam bentuk federasi, atau bahkan terlepas sama sekali. Isu seperti ini akan terus merebak, dan umat Islam berkelompok-kelompok dengan memakai simbol-simbol baru.

Untuk memecah-belah persatuan harus ada motivator atau provokatornya. Untuk itu, kebebasan pers yang benar-benar bebas harus ditumbuhkan, sehingga media massa dapat menjadi pembawa pesan sesuai dengan fungsinya yang mempunyai daya mendampaki beritanya kepada publik sehingga membentuk opini. Media massa bisa memprovokasi suatu bangsa dan provokasinya bersifat legal karena mereka berlindung di balik kebebasan pers.

Amerika sebagai "rajanya demokrasi" telah memperkenalkan satu bentuk kebebasan pers tersebut melalui jaminan konstitusional berdasarkan: kebebasan untuk berbicara (the freedom of speech); kebebasan untuk berekspresi (the freedom of expression), kebebasan untuk mendapatkan dan memberikan informasi (the freedom of information), sehingga masyarakat Amerika dan dunia Barat lainnya adalah masyarakat yang sangat informatif. Hidup dalam limpahan informasi --harap diingat bahwa kecerdasan bangsa tersebut memungkinkan untuk memilih informasi sesuai dengan hati nuraninya. Pers yang kredibel dan profesional lebih banyak dibaca dibandingkan "pers kuning" --dalam dunia jurnalistik dikenal dengan yellow paper.

Untuk itu, kita hanya dapat berharap kepada insan pers islami yang mempunyai integritas tinggi dan mernpunyai komitmen atau keberpihakan kepada umat Islam serta persatuan bangsa untuk membantu perjuangan mempertahankan persatuan. Selebihnya, umat Islam hanya menjadi konsumen setia dari lembaga pers orang-orang kafir yang dikelola secara profesional, atau memilih "koran kuning" yang hanya mementingkan nilai-nilai komersial ketimbang keadilan dan moralitas bangsa dan agama.

Bagaikan tidak berdaya, umat Islam telah menjadi objek dan konsumen setia terhadap pers kaum kafir. Setiap detik, tayangan CNN, CNBS, ABC, dan sekian banyak lagi jaringan informasi "memasuki" rumah-rumah umat Islam melalui parabola tanpa mampu menolaknya. Kita tidak lagi menonton televisi, tetapi televisi menonton kita. Emosi dan keinginan kita disaksikan, dianalisis, kemudian dijadikan bahan untuk membuat kemasan iklan dan berita yang dapat memasuki syaraf kita dan tanpa kita sadari.

Cara berpikir dan cara berbudaya kita sudah sangat berbeda sama sekali dengan apa yang selama ini kita yakini. Benturan budaya dan pemikiran terus berlangsung, tanpa sedikit pun ada keinginan untuk membalas dengan kuantitas dan kualitas yang sama. Bila kita mengharapkan keadilan dunia pers internasional untuk membuat keseimbangan beritanya, tentulah itu hanyalah sebuah utopia belaka. Hal itu karena seluruh jaringan media telah mereka kuasai dan jadikan alat zionisme. Dengan kata lain, kita semua sedang berada dalam satu "turbulensi budaya" yang berada dalam posisi pasif. Kita hanya menjadi satu "noktah kecil" yang menjadi objek dari teleskop dunia. Seluruh gerak kehidupan kita bagaikan telanjang di hadapan mata Lucifer tuhannya para zionis, yang dengan tajam mengawasi seluruh bangsa di dunia.

Walaupun dalam kaitan ini ajakan untuk menyebarkan ide persatuan umat dan seruan itu bagaikan percikan air hujan di tengah padang pasir, tetapi setidaknya dapat menjadi catatan generasi yang akan datang bahwa masih ada seorang mahluk hamba Allah yang merindukan terwujudnya persatuan dan jami'atul-muslimin. Kita yakin hanya inilah kunci kemenangan umat Islam di muka bumi, sebagaimana Allah memberikan kuncinya, yaitu bersatu dan berpihak pada partai Allah (hizbullah). Selama umat Islam tetap membanggakan dirinya dengan golongan, mazhab, dan kelompoknya, selama itu pula pertolongan Allah tidak pernah akan datang. Hal ini merupakan aksioma Ilahiyah yang seharusnya dapat dipahami dan diyakini oleh para pemimpin umat. Bila umat Islam terpecah menjadi kelompok-kelompok, kekalahanlah yang akan kita terima.

Sumber: http://riverdeathcinema.blogspot.com/2012/03/menghadapi-perang-global-2.html

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Situs UTAMA

Terkait dengan edianya: Macan Software

klik DISINI

Tayangan minggu lalu

page title images

page title images

<======================================= =>

Microsoft Home Page
Google Support
Adobe Solutions

 
Copyright © 2010-2013 WARNING, All rights reserved
Design by DZignine . Powered by Blogger
Top